Raja Salman dari Arab Saudi tengah bimbang dimana negaranya dilarang memiliki F-35 dan Eurofighter Typhoon oleh Sekutu.
Apa yang dilakukan oleh Sekutu terhadap Arab Saudi membuat Raja Salman marah, ia menilai negaranya tak diperbolehkan memiliki jet tempur canggih macam F-35 karena alasan politis.
Soal uang, Raja Salman sama sekali tak pelit mempersenjatai AU Arab Saudi dengan alutsista terbaik macam F-35.
Namun masalahnya Sekutu sering menjadikan transaksi F-35 dan Eurofighter Typhoon sebagai tekanan diplomatik kepada Arab Saudi.
Baca Juga: Indonesia Sekedar Incar, Raja Salman Duluan Borong 12 Unit Kapal Destroyer Type 052D
Karena mereka tahu militer Arab Saudi bergantung pada pembelian alutsista dari negara lain sehingga memberi tekanan diplomatik di lini ini paling tepat.
“AS adalah eksportir senjata terbesar ke Asia Barat.
36 persen dari ekspor senjata seluruh dunia berasal dari Amerika.
Arab Saudi dan UEA yang merupakan salah satu pembeli peralatan militer terbesar, melakukan intervensi di berbagai negara kawasan dengan mengandalkan pembelian tersebut,” jelas Institute for Political and International Studies (IPIS).
AS memang ‘menjajah’ pasar senjata di Timur Tengah dengan menyumbang 46 persen ekspor alutsista di sana dibanding eksportir lain.
“Amerika merupakan penyedia utama sebesar 46% dan setelahnya Perancis sebesar 16% diikuti oleh Jerman sebesar 8%.
AS adalah penyedia senjata utama bagi sebagian besar negara di kawasan Asia Barat.
AS menyediakan sebagian besar senjata ke Bahrain, Mesir, Irak, Israel, Kuwait, Oman, Arab Saudi, Turki, dan UEA,” jelasnya.
Dan bisa ditebak negara Timur Tengah paling banyak membeli senjata AS justru Israel.
AS rela menolak semua permintaan F-35 dari negara kaya raya Timur Tengah macam Qatar, UEA hingga Arab Saudi demi menjaga keunggulan udara Israel.
“Israel telah menjadi importir senjata Amerika terbesar selama periode 2004 hingga 2008, berjumlah lebih dari 35% senjata AS yang diekspor oleh AS.
Faktanya, 99% impor Israel berasal dari AS,” bebernya.
Karena AS menganak emaskan Israel, Arab Saudi mulai mencari alternatif supplier senjata lain.
Baca Juga: Raja Salman Harus Tiru Taktik Cerdik Indonesia Agar Tak Bakar Duit Beli Tunai 54 Unit Rafale
Nama Prancis mencuat dimana Raja Salman ingin membelikan AU Arab Saudi 100 unit Rafale seperti yang dilakukan Indonesia.
“Yang terbaru adalah Arab Saudi yang dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk mengakuisisi 54 jet tempur Rafale, meski media Prancis mengklaim negara produsen minyak terbesar kedua di dunia itu ingin membeli 100 jet tempur buatan Prancis,” lapor Defence Security Asia pada 17 Februari 2024.
Apa yang dilakukan Arab Saudi membuat Jerman yang memveto penjualan Eurofighter Typhoon kebakaran jenggot.
Jerman mendadak mengizinkan kembali Typhoon dijual ke Arab Saudi.
Tetapi Riyadh cuek akan hal ini, mereka mendiamkan Jerman, tak menanggapinya.
“Laporan terbaru menyebutkan bahwa pemerintah Jerman telah setuju untuk mengizinkan Arab Saudi mengakuisisi Eurofighter Typhoon, namun Arab Saudi belum memberikan reaksi apapun terhadap keputusan Berlin tersebut,” bebernya.
Hal ini seakan memberi pertanda bahwa Raja Salman tak sudi lagi membeli Eurofighter Typhoon dan memilih Rafale untuk AU Arab Saudi.*
sumber: zonajakarta.com